Cintaku Hanya Untukmu



Ini kisah tentang penantian, penantian yang tidak berujung kebahagiaan.
          Aku masih di sini, ya, di pinggir jalan. Menanti angkot yang tak kunjung melintas. Mungkin karena ini sudah maghrib, jadi hanya beberapa angkot yang masih beroperasi, karena itulah ciri khas jenis angkot yang kutumpangi.
          Seorang kakek dengan dua tongkat di tangannya menghampiriku. Lamat-lamat kulihat ternyata kaki kakek ini hanya satu. Kakek itu menyapaku perlahan
          “Nak, nunggu siapa?”tanyanya ramah
          “ABB Pak” jawabku singkat
          “Nggak usah takut nak, saya nggak berniat jahat. Rumahnya dimana nak?”
          “Di Jambangan Pak” tuturku.
          Entah kenapa tiba-tiba kakek ini bercerita lebar tentang kehidupannya, tentang cintanya yang kandas, dan tentang kakinya yang harus diamputasi.
          Sebenarnya kakek ini pada awalnya normal. Ya, normal tanpa tongkat itu. Ia menjadi begitu karena kecelakaan yang menimpanya, yang mengharuskannya untuk diamputasi. Dan karena itu pulalah cintanya kandas. Cinta yang tidak menghendaki ketidaksempurnaan. Mungkin itu yang bisa kusimpulkan. Perempuan yang telah lama ia nantikan dan akan berjanji setia di pelaminan itu meninggalkannya saat tahu bahwa kekasihnya tidak lagi normal. Kejam memang. Memandang kebahagiaan dan cinta hanya sebatas fisik semata. Dan kakek itu sampai saat ini masih membujang. Memilih untuk tidak memberikan cintanya itu pada perempuan lain, selain kekasihnya itu.
0 Responses